BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa Arab. Secara bahasa (etimologi)
kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat dari kata `alima –
ya`lamu- `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-‘ilmu adalah al-jahl
(bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan alimtu asy-syai’a
berarti “saya mengetahui sesuatu”.
Sementara secara istilah (terminologi)
ilmu berarti pemahaman tentang hakikat sesuatu. Ia juga merupakan pengetahuan
tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna
sebagaimana adanya. Dalam
kitab Tafsir Aisar at-Tafaasir dijelaskan bahwa:
Artinya : “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut
kepada Allah, barang siapa yang tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai
rasa takut pada-Nya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu
terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan
dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik
ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
ilmu
Ilmu
berasal dari kata علم- يعلم- علما yang
artinya mengetahui, lawan dari kata جهلyang
artinya bodoh.
Ilmu
pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang
berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian
dan dapat diterima oleh rasio.
Imam
Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah
mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua:
pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli
tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada
(oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu
dengan sesuatu).”
Az-Zubaidi berkata
dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas ahli membedakan masing-masing term itu.
Bagi mereka ilmu adalah yamg paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan
untuk dinisbatkan kepada allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah
arif’ atau ‘Allah syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm
karangan-karangan ahli basaha.
Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang
tetap sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa
kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
Pengertian
menuntut ilmu
Menuntut
ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan
jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang
harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan
kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia
dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan
mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi
Muhammad Saw.
Artinya
:
Mu’adz
bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah
ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk
keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian
perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal
yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri
individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan
perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Perbedaan
Orang yang Berilmu dengan Orang Bodohv
Dalam
Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya:
"(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah
SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak
sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara
orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya
antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang
hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni
neraka.[3]
Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar
hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits
dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di
dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa
mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi
sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih,
diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu
Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Maka
jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu
kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu
pula kita bisa meraih kedua-duanya.
Firman
Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya
: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini
ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah
dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan
keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi
ini.
Rasulullah
sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat
perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk
menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri.
Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari
ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan
mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan
sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu
kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian
pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran,
penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk
menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan
sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran
dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan
mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak..
Artinya
belajarlah akan suatu
ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu
faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan
lalu ajarkanlah kepadda manusia.
Keutamaan ilmu
Selain
Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan
ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat.
Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak
mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa
keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah
satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas
pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah
yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan
derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka
sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si
pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu
tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.
Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan
televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika
itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2. Ilmu tidak terputus
lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak
terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua
amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran
selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh
selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal
dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau
ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR.
Muslim no.1631)
Betapa
besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala
dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir
kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari
generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan
tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti
inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya
setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia,
di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan
seorang hamba
Ketika
seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan
membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya
menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
“Siapa
yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan
tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari
Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
4. Orang yang berilmu akan ditinggian
derajatnya
Sesungguhnya allah akan
meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
Artinya
:Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya
derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya
kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan
mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera)
di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah
pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia
memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah
menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan
ibadah dan akan
dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut
ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama,
sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah,
sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak
sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah
bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi
mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju
syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena
keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di
bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan
bagi orang yang berilmu
6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu
sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan
kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan
kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
Syarat-syaratv menuntut ilmu
Dalam
kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat
mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas
(Dzakaun)
Kecerdasan merupakan
syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah
mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak
tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini
bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah
waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana
baju dan celana.
2. Rakus
(hirsun)
Rakus adalah
(punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman
belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di
luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama,
jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan
sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh
Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut
ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan.
Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu
diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan
Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada
perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan
diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam
pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo
(menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan
sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan
lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari
hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut
ilmu. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul
menjanjikan kepada para penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah
pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya)
pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan
lain selama manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah
Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan
oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa
menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain,
solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
5. Petunjuk
guru
Banyak orang yang
tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai
seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah
guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi
nasihat)
6. Karena
ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan
waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian
sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang
telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat
Adab mencari ilmu
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu
adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas
benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain
ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan
menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu
haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan
dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di
jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan
mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari
lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah
: “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia
menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah
lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut
ilmu
Salah satu kesabaran
terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap
gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70).
Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan
dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan
memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan
murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat
dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk
menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan,
menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau
mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak
bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang
yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada
orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan
jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut
ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
Kandungan
Hadits
1. Hadits
tentang hukum
menuntut ilmu
Hadits tentang hukum menuntut ilmu
merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki
laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain
lain. Akan
tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah
wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun
akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu.
Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia
memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk Allah yang lain adalah karena
manusia memilki ilmu.[3]
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran
dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap
muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka
tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha
menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.
Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada
orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu
tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.[4]
Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :
اطلب العلم من المحد الى اللهد0 (رواه
مسلم)
“Carilah
ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)
2. Hadits
tentang anjuran menjaga ilmu
Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu
Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi bersabda :“Pelajarilah ilmu sebelum
datang masa punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan
dimusnahkan? Beliau bersabda : “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (
orang yang menguasai ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu,
peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak
mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar – benar mengetahui dan larangan
bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu
pengetahuan. Hadits
ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak
ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara
ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori
Muslim:
و كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم: انظر ما كان من
حديث رسول الله ص.م. فاكتبه فانى خفت دروس العلم و ذهب العلمآء. و لا تقبل الا
حديث النبي ص.م. و التفشو العلم. و التجلس حتى يعلم من لا يعلم. فأن العلم لا يهلك
حتى يكون سرا. (متفق عليه)
Umar
bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits –
hadits Nabi yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan
perginya para ulama (meninggal)janganlah engkau terima selain hadits Nabi.
Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu yang tidak
diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R.
Bukhori-Muslim).[6]
3. Hadits
tentang keutamaan menuntut ilmu
Adapun
munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW
bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah
sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm
itu dinilai sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan
mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
4. Hadits
tentang peran ilmu terhadap pendidikan
Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya
dengan tiga perangai :
a. Cinta
terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta
terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits :
عن انس بن مالك رضى الله عنه انه قال . قال النبي صلى الله
عليه وسلم : لا يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين.
(رواه البخارى)
Dari
Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,” Seseorang diantara
kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak
dan manusia seluruhnya.” ( H.R. Bukhori )[7]
b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena
barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai
oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah
lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al
Ahzab ayat 33 :
انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و
يطهركم تطهيرا
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
c. Memberikan
pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah
yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat
yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari
sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW bersabda :
عن عثمان بن عفان رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم
قال ان افضلكم من تعلم القراّن و علمه. (رواه البخارى)
Dari
Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang
termulia diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.
(H.R. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim
dan jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu
2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para
ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu
pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain
3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan
didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu
sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini
merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.
4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia
pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan
spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar
dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan
bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail
al-bukhori al-Jufri, Shohih Bikhori.
Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib
al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as
al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu Daud.
Al Qur’an Al Karim
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah.
Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat
tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz
As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya:
Al-Hidayah